Gemini AI: Menjelajah Era “AI Multimodal” dengan Sentuhan Google

Di tengah maraknya perkembangan artificial intelligence (AI), kemunculan Gemini AI berhasil mencuri perhatian dunia teknologi. Model terbaru dari Google ini disebut-sebut mampu membawa kecerdasan buatan ke tahap yang lebih maju.

Jika sebelumnya kita hanya mengenal AI yang bisa diajak “ngobrol” lewat teks, kini kemampuannya sudah meluas ke level berikutnya. Dengan Gemini AI, Google menghadirkan teknologi yang bukan sekadar membaca kata, tetapi juga memahami gambar, suara, hingga video. 

Tak heran jika banyak orang penasaran, karena cara kerja AI ini terasa semakin mirip dengan cara manusia berpikir dan berinteraksi.

Advertisement

Apa Sebenarnya Gemini AI Itu?

Gemini AI adalah model kecerdasan buatan yang dikembangkan Google DeepMind. Disebut multimodal karena teknologi ini mampu memahami berbagai jenis input sekaligus, bukan hanya teks. 

Ini artinya pengguna dapat memberi instruksi dengan kombinasi kata, gambar, atau bahkan suara. Hasilnya, AI ini bisa menjawab dengan lebih kaya dan kontekstual.

Versi terbaru, Gemini 2.5, bahkan digadang-gadang sebagai salah satu model AI tercerdas saat ini. Google menyebutnya mampu melakukan penalaran lebih dalam sehingga jawaban yang dihasilkan bukan sekadar cepat, tapi juga lebih masuk akal.

Fitur yang Jadi Sorotan

Salah satu kemampuan Gemini AI yang paling ramai dibicarakan adalah mengubah foto menjadi video pendek. 

Bayangkan kamu punya foto produk atau momen liburan, lalu hanya dengan prompt edit foto dengan Gemini AI sederhana bisa berubah menjadi video delapan detik lengkap dengan efek suara. Fitur ini didukung model bernama Veo 3 dan sudah mulai diuji di beberapa negara.

Selain itu, Gemini juga makin merambah ke berbagai layanan Google. Di Chrome, ia bisa membantu merangkum halaman atau mencari informasi lintas tab. 

Di Google TV, Gemini mulai berfungsi layaknya asisten pribadi yang bisa menjawab pertanyaan dan memberi rekomendasi tontonan.

Di Indonesia sendiri, Google baru meluncurkan paket AI Plus yang memberi akses penuh ke Gemini sekaligus penyimpanan ekstra di Google Drive.

Kenapa Gemini Ramai Diperbincangkan

Ada beberapa alasan kenapa tren Gemini AI jadi sorotan.

Pertama, tren media sosial sekarang serba visual dan singkat. Fitur foto ke video jelas cocok untuk kebutuhan konten reels dan shorts. 

Kedua, dukungan Google membuat Gemini langsung bisa diakses banyak orang lewat aplikasi yang sudah familiar. 

Ketiga, teknologi yang ditawarkan terasa lebih canggih karena mampu berpikir sebelum menjawab, bukan sekadar memproses data.

Di Indonesia, banyak kreator yang sudah mencoba berbagai gaya visual dari Gemini AI, mulai visual patung raksasa Gemini hingga foto gaya polaroid. Tak sedikit yang memanfaatkan cara edit foto dengan Gemini AI untuk membuat konten lebih kreatif. 

Tren Edit Foto dengan Prompt Gemini AI

Bukan cuma untuk bikin video, Gemini AI juga ramai dipakai untuk mengedit foto. Banyak orang mencoba edit Gemini AI foto sendiri untuk membuat tampilan yang lebih menarik di media sosial. Ada juga yang penasaran dengan hasil edit Gemini AI foto pakai jas supaya terlihat lebih formal dan profesional.

Beberapa kreator bahkan menjajal edit Gemini AI foto profesional dengan hasil yang menyerupai jepretan fotografer, atau membuat konten seru lewat edit foto studio Gemini AI tanpa harus benar-benar datang ke studio.

Tak kalah populer, tren edit foto berdua pakai Gemini AI juga sering muncul, biasanya untuk pasangan atau sahabat yang ingin punya potret unik bersama.

Bahkan istilah seperti edit polaroid Gemini AI sempat viral karena hasilnya unik dan beda dari aplikasi edit foto biasa.

Tantangan yang Perlu Diwaspadai

Meski menjanjikan, Gemini juga menghadapi kritik. Pernah ada kasus ketika fitur generasi gambar menampilkan hasil yang bias sehingga Google sempat menonaktifkan sementara untuk perbaikan. 

Selain itu, ada pula persoalan hak merek karena nama Gemini dipakai juga oleh perusahaan lain. Tantangan lain adalah soal akurasi dan etika, sebab AI tetap berpotensi menghasilkan konten yang menyesatkan jika tidak digunakan dengan bijak.

Press Release ini juga sudah tayang di VRITIMES

Keep Up to Date with the Most Important News

By pressing the Subscribe button, you confirm that you have read and are agreeing to our Privacy Policy and Terms of Use
Previous Post

Hingga Agustus 2025, KAI Logistik Kelola Lebih dari 15 Juta Ton Barang

Next Post

Alzheimer Indonesia Luncurkan Kampanye Bulan Alzheimer Sedunia, Ajak Semua Orang untuk #KenaliDemensia #KenaliAlzheimer

Advertisement