Menurut WHO, 1 dari 8 orang di dunia hidup dengan gangguan mental

In the Age of Information, news media faces both unprecedented opportunities and significant challenges.
depresi depresi

Mengelola Kesehatan Mental di Era Tekanan Digital

Di era digital, kita terhubung 24 jam sehari. Informasi mengalir tanpa henti, media sosial memamerkan pencapaian orang lain, dan tekanan untuk selalu “on” di pekerjaan terasa semakin berat.
Menurut WHO, 1 dari 8 orang di dunia hidup dengan gangguan mental, dan angka ini meningkat tajam pasca pandemi. Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar 2023 menunjukkan peningkatan kasus depresi dan gangguan kecemasan hingga 30% lebih tinggi dibanding 5 tahun lalu.

Tekanan ini tidak hanya memengaruhi produktivitas, tetapi juga relasi, kesehatan fisik, dan cara kita memandang diri sendiri.


Mengapa Kesehatan Mental Rentan di Era Digital

  1. Overload Informasi
    Paparan berita negatif, opini publik, dan standar hidup yang tidak realistis membuat otak kita selalu bekerja tanpa jeda.

    Advertisement

  2. Perbandingan Sosial (Social Comparison)
    Studi dari University of Pennsylvania menemukan bahwa penggunaan media sosial berlebih meningkatkan gejala depresi dan kesepian, terutama di kalangan perempuan usia 18–35 tahun.

  3. Burnout Akibat Work-from-Anywhere
    Fleksibilitas kerja sering kali membuat batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi kabur. Efeknya: jam kerja memanjang, waktu istirahat berkurang.


Dampaknya pada Perempuan di Indonesia

Perempuan sering menghadapi beban ganda: tuntutan karier dan tanggung jawab domestik. Data BPS 2023 menunjukkan 66% pekerjaan rumah tangga masih dilakukan perempuan meski mereka bekerja penuh waktu.
Ketidakseimbangan ini meningkatkan risiko:

  • Burnout kronis

  • Kecemasan berlebih

  • Penurunan rasa percaya diri

  • Gangguan tidur dan kesehatan fisik


Strategi Berbasis Riset untuk Menjaga Kesehatan Mental

  • Tetapkan Batas Digital — Batasi waktu media sosial maksimal 1–2 jam/hari. Gunakan fitur screen time untuk mengontrol pemakaian.

  • Praktik Mindfulness — Penelitian Harvard Medical School menunjukkan mindfulness selama 10–15 menit/hari dapat menurunkan hormon stres kortisol secara signifikan.

  • Prioritaskan Tidur — Tidur cukup 7–8 jam membantu regulasi emosi dan fungsi kognitif.

  • Bangun Support System — Terhubung dengan komunitas positif, baik online maupun offline, untuk saling mendukung tanpa judgment.

  • Cari Bantuan Profesional — Terapi bukan tanda kelemahan, melainkan investasi pada kesehatan mental jangka panjang.


Kesimpulan

Kesehatan mental adalah fondasi yang memengaruhi seluruh aspek hidup dari karier, hubungan, hingga kualitas pengambilan keputusan. Di era digital yang serba cepat, menjaga kesehatan mental bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan strategis agar kita tetap relevan dan berdaya.


Jaga Kesehatan Mental, Bangun Versi Terbaik Dirimu

Di ConnectX, kami membahas strategi self-development dan mental health yang relevan untuk perempuan Indonesia, berbasis data dan pengalaman nyata.
Ikuti @getconnectx di Instagram & TikTok, bergabung di forum komunitas https://getconnectx.com/forum/, atau bagikan ceritamu di https://getconnectx.com/story/.
Karena versi terbaik dari dirimu dimulai dari pikiran yang sehat.

Keep Up to Date with the Most Important News

By pressing the Subscribe button, you confirm that you have read and are agreeing to our Privacy Policy and Terms of Use
View Comments (4) View Comments (4)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post
krisis 1929

Mengenal Krisis per 100 tahun, Krisis 1929 vs Potensi Krisis 2029: Dunia Serba Digital dan Risikonya

Next Post
self development

McKinsey memprediksi bahwa 375 juta pekerja di seluruh dunia harus beralih ke peran dan skill baru pada 2030

Advertisement